Setelah berkeluarga dan menetap di Jakarta, saya ke Puncak bersama keluarga berangkat setelah sholat subuh, untuk menghindari kemacetan yang selalu terjadi pada hari sabtu dan Minggu. Sampai di Puncak hari masih pagi dan kita jalan2 di perkebunan teh gunung mas, anak-anak suka sekali saling berkejaran di alam bebas dengan udara yang segar.
Kemudian dilanjutkan dengan brunch di restaurant yang kontroversial sejak saya remaja. Restaurant milik pejabat/ petinggi Jawa barat yang konon kabarnya seharus tak mendapat izin untuk mendirikan restoran di lokasi itu. Menurut kabar (saya sendiri tak tahu persis kebenaran berita yang sering disampaikan oleh masyarakat ini) akan dibongkar tetapi hingga sekarang Restoran itu tetap berdiri megah dengan hidangan yang nikmat dan kita bisa melihat kesekeliling. Melihat nun jauh kebawah dengan mobil yang terlihat kecil.
Selepas brunch di resto yang sangat populer ini kita kembali turun dan dan menikmati keelokan alam yang terbentang luas menghijau dan menjelang zuhur kita tiba di Masjid Atta’awun yang indah yang waktu itu baru dibangun.
Selepas sholat di Masjid itu kita melanjutkan perjalanan ke Bogor dan saat itulah ramai sekali mobil yang naik ke Puncak. Di Bogor kami bersilaturahmi kerumah kakak2 saya yang tinggal di Kota Hujan ini dan menjelang senja biasanya kita kembali ke Jakarta. Kadang sempat sholat Magrib di rest areaBogor dilanjutkan makan malam di resto yang bertebaran disana.Kali ini saya juga ingin bernostalgia dan ingin sekali ke Puncak. Kakak suami beserta keluarga bersedia mengantarkan saya malah katanya langsung saja ke Taman Bunga Nusantara yang lokasinya di Cipanas yang tak terlalu jauh dari Puncak. Tentu saya tak menolak tawaran ini
Jalanan ke arah Puncak terkenal akan macet nya tetapi dibulan Ramadhan dan hari selasa pula, tak ada kemacetan walau jalanan cukup ramai. Kita berangkat agak siang dan tiba di masjid Atta’awun saat zuhur sudah masuk. Kita sholat dan berfoto disana.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Taman Bunga Nusantara meliwati restaurant Rindu Alam dan pulangnya kami sempat berhenti di area parkir nya hanya sekedar menikmati pemandangan alam, karena belum waktu berbuka ketika sampai restoran yang cukup populer ini.
Perjalanan menuju ke Taman Bunga Nusantara ada beberapa ruas jalan yang rusak dan belum diperbaiki. Akhirnya kita sampai juga ke Taman bunga yang indah…Suasana sangat sepi tentu karena bulan Ramadhan. Saya mengitari taman yang didesign khusus dengan 8 tema ini. Sebenarnya taman ini bisa dikelilingi dengan mobil yang disediakan. Tapi saat itu saya tak menyadari untuk menanyakan penggunaan mobil sehingga taman yang luas itu saya kelilingi dengan berjalan kaki. Tentu saja tak semua taman yang luasnya 35hektar ini terkelilingi. Untunglah saya bisa memandang keseluruh area dari menara disana.
Salah satu yang paling menarik perhatian saya adalah topiari burung merak dengan bunga yang terbentang membentuk seperti ekor burung merak dengan warna yang memikat. yang saya baca dari blog disini ekor burung merak dibentuk oleh 20.000 bunga musiman yang seluruhnya berasal dari luar negeri, seperti bunga pentunia. Bunga ini disebut bunga musiman karena memiliki masa hidup dan berbunga antara 2-3 bulan saja.
Angsa hitam yang jarang ditemui di tempat biasa, di area taman Air ini ada beberapa ekor begitu juga angsa putih berenang renang di danau yang besar. Kabarnya binatang-binatang ini didatangkan dari luar negeri.Walau saat berpuasa tapi tak terasa penat berkeliling melihat taman dengan tema yang berbeda seperti taman Perancis, taman Mawar, taman Rahasia (labirynth), taman Mediterania, taman Palem, taman Bali dan Taman Jepang. Setelah puas berkeliling saya kembali ke Jakarta.
Diperjalanan menuju Jakarta agak macet, banyak penduduk yang ngabuburitmenggunakan motor sehingga membuat lalu lintas tersendat. Sehingga perkiraan kita meleset. Azan Magrib sudah berkumandang sebelum kita mencapai resto ciawi langganan kakak ipar saya. Dan lebih membuat kita kecewa ternyata restaurant itu tutup terpaksa kita harus makan di Bogor. Yang dicapai 10menit lewat tol.